Lepas Saham Ke Publik 20% - Mahkota Group Bidik Dana Rp 250 Miliar

NERACA

Jakarta – Pihak BEI mengungkapkan, satu lagi perusahaan yang berniat go public, yakni PT Mahkota Group. Perusahaan pengolahan kelapa sawit ini akan menawarkan perdana saham ke publik alias initial public offering (IPO) menggunakan buku Desember 2017. “Rencananya, Mahkota Group akan melepas 700 juta saham atau setara 20% dari modal disetor," kata Samsul Hidayat, Direktur Bursa Efek Indonesia di Jakarta, kemarin.

Untuk memuluskan aksi korporasi tersebut, Panin Sekuritas didaulat menjadi penjamin pelaksana emisi dari aksi korporasi tersebut. Dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk membangun pabrik kelapa sawit. Perusahaan berharap bisa meraih pendanaan sebesar Rp 100 miliar hingga Rp 250 miliar dari gelaran IPO tersebut. Nantinya, hasil dari aksi korporasi tersebut akan dipakai untuk ekspansi.

Nagian Tony, Direktur Independen Mahkota Group pernah bilang, perseroan akan mencatatkan diri di bulan Juni, dengan buku Desember 2017. Perusahaan yang berdomisili di Sumatra Utara saat ini memiliki aset sekitar Rp 1 triliun. Asal tahu saja, gejolak pasar saham ditengah terdepresiasinya nilai tukar rupiah memberikan sentimen tersendiri bagi pelaku pasar dan kekhawatiran sepinya minat perusahaan untuk IPO.

Namun hal tersebut dibantah Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas, David Sutyanto. Dirinya pernah mengatakan, gejolak pasar diharapkan tak mengurangi prospek IPO di semester pertama tahun ini. Dijelaskannya, penurunan IHSG yang terjadi beberapa hari kemarin berlangsung di pasar sekunder. Sedangkan proses IPO fokus di pasar primer. Di pasar ini, valuasi calon emiten dititikberatkan pada fundamental emiten, tanpa mempertimbangkan kemampuan pergerakan saham atau kondisi pasar sekunder.

Porsi saham IPO yang dilepas juga akan menjadi faktor yang bakal mempengaruhi kesuksesan IPO. Secara umum, porsi saham di atas Rp 250 miliar bakal lebih banyak diincar oleh investor institusi. Sebab, dengan jumlah tersebut, investor institusi berpeluang lebih besar menyerap saham baru. Memang, tidak ada patokan porsi IPO yang ideal. "Sebab setiap bisnis punya kebutuhan dana yang berbeda," jelas Frederik Rasali, analis Artha Sekuritas.

Dia mengatakan, jika sudah masuk ke pasar sekunder, barulah mekanisme pasar akan sangat mempengaruhi perhelatan IPO.  Kendati demikian, kondisi pasar sekunder yang anjlok, masih bisa dikompensasi dengan mempertimbangkan valuasi saham. Salah satunya menawarkan harga saham perdana dengan price earning ratio (PER) yang lebih murah

Frederik menambahkan, tahun ini justru menjadi momentum yang baik untuk IPO. Pasalnya, di tahun depan, ada perhelatan pemilu presiden, yang akan membuat pelaku pasar wait and see. "IHSG juga telah mencapai level tertinggi, menunjukkan jika pasar saham Indonesia makin membaik," ujar dia.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…