Ubah Riset Bioteknologi Menjadi Inovasi Kesehatan - Pertemuan BPOM-RI dan MIT

NERACA

Jakarta - Pengembangan industri bioteknologi Indonesia kini menjadi fokus utama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tujuannya adalah menyalurkan obat-obatan lebih cepat ke masyarakat berdasarkan hasil riset di dalam negeri.

Kepala BPOM-RI Penny Kusumastuti Lukito mengunjungi Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, AS, untuk bertemu dengan Prof. Harvey Lodish, pakar riset bioteknologi, beberapa waktu lalu. Harvey Lodish berhasil mengubah riset di bidang bioteknologi menjadi inovasi kesehatan yang dapat diakses masyarakat luas.

Di Amerika Serikat, pusat pengembangan riset dan industri bioteknologi dipusatkan di kawasan Kendall Square, bersebelahan langsung dengan MIT. Menurut Penny, model ini sangat relevan untuk ditindaklanjuti BPOM dalam konteks Indonesia untuk mendukung implementasi Inpres No.6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

“Kami yakin kolaborasi yang baik dengan berbagai pihak akan berkontribusi positif dalam peningkatan aspek mutu dan khasiat obat serta daya saing industri farmasi di pasar global. Dalam jangka pendek (2 – 5 tahun), fokus kolaborasi BPOM relevan untuk industri farmasi berbasis bioteknologi yang telah berkembang di Indonesia,” ujarnya kepada pers di Jakarta, pekan ini.

Penny mengakui, dampak langsung dalam sektor ekonomi bukan terkait dengan penyerapan lapangan kerja (karena bioteknologi tahap awal tidak padat karya), tetapi dalam penghematan devisa dengan mengurangi konten impor untuk bahan baku obat. Penerapan metode ‘enrichment’ berbasis bioteknologi untuk bahan baku obat, jika berhasil dapat mengurangi impor bahan baku dalam 2-5 tahun mendatang. Untuk tujuan jangka panjang, pengembangan riset dan industri seperti di Kendall Square harus segera dimulai.

Dia mengatakan, bila AS perlu 20 tahun (1980-2000) untuk sampai kepada industri biofarmasi yang kuat berbasis riset, maka infrastruktur yang mirip di Indonesia perlu segera disiapkan. BPOM dapat berperan bersama-sama Kemenristekdikti, lembaga-lembaga penelitian, Kementerian Kesehatan, Bappenas, industri, sehingga perencanaan riset dan industrialisasi saling terintegrasi, terencana, dan terukur dengan baik.

“Menyadari tantangan yang begitu kompleks, dan untuk melaksanakan kerangka kerja industri farmasi berbasis bioteknologi yang efektif, penting untuk dapat memiliki gambaran menyeluruh tentang semua faktor, sehingga kita dapat membuat daftar kebutuhan untuk membuat langkah-langkah perencanaan yang tepat. Tantangan, sekaligus harapan” ujarnya.

Menurut Harvey, kunci sukses untuk mandiri dalam bidang teknologi adalah perlunya integrasi antara pusat riset, universitas, pelaku bisnis dan pemerintah. Mohar

BERITA TERKAIT

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

Perencanaan Pembangunan Daerah Harus Selaras dengan Nasional

NERACA Jakarta - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo mengatakan perencanaan pembangunan daerah…

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

BERITA LAINNYA DI

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

Perencanaan Pembangunan Daerah Harus Selaras dengan Nasional

NERACA Jakarta - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo mengatakan perencanaan pembangunan daerah…

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…