Sinergi Politik-Ekonomi

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi  

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

 

Ekonomi - politik dan politik - ekonomi sejatinya adalah beda tetapi dalam realitas yang berkembang ternyata keduanya terjadi sinergi. Argumen yang mendasari karena antara keduanya cenderung saling melekat satu sama lainnya. Bagaimanapun juga pondasi bagi pembangunan dan pengembangan ekonomi tidak bisa terlepas dari ketersediaan iklim sospol yang kondusif dan tentu hal ini hanya akan terjamin oleh situasi politik domestik yang terkendali. Berbagai riak konflik yang ada, termasuk yang memanfaatkan SARA sangat rentan terhadap ancaman iklim sospol dan karenanya di tahun politik ancaman riak konflik menjadi tinggi. Oleh karena itu, beralasan jika kemudian terjadi perang kaos yaitu antara yang berkomitmen untuk ganti Presiden dan juga lanjutkan periode kedua di tahun 2019. Ironisnya, intimidasi dan berbagai cara dilakukan berdalih loyal terhadap kandidat, meski sejatinya pilpres masih 2019.

Fakta lain yang tidak bisa diabaikan dari sinergi politik-ekonomi adalah munculnya isu sensitivitas untuk menyerang petahana dan isu lain yang menguntungkan calon kandidat. Paling tidak, hal ini terlihat dari kasus Perpres No. 20/2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang kemudian dikonotasikan dengan dua persepsi, yaitu di satu sisi hal ini sebagai bagian dari komitmen karpet merah terhadap daya tarik investasi dan realisasi investasinya. Argumen yang mendukung adalah tingginya investasi Tiongkok yang ada di Indonesia di era pemerintahan Jokowi. Aspek yang kedua adalah ancaman yang ada dari perpres tersebut. Persepsian ini tidak terlepas dari faktor pengangguran yang ada dan juga kesempatan kerja yang semakin kecil sebagai konsekuensi minimnya investasi padat karya karena mayoritas investasi bersifat padat modal.

Ancaman dibalik sinergi politik-ekonomi juga terkait dengan fluktuasi nilai tukar yang sempat tembus di level Rp.14.000 per US$. Kalkulasi yang muncul memprediksi nilai potensi kerugian jika rupiah terus melemah yaitu tidak saja terkait neraca perdagangan, tapi juga daya saing produk karena masih banyak komponen bahan baku yang diimpor sehingga terpuruknya nilai tukar rupiah berdampak terhadap mahalnya biaya produksi dan tentu imbas dari kasus ini adalah mahalnya harga jual produk yang berarti kasus ini berdampak terhadap daya saing produk di pasar global. Ancaman lainnya adalah daya beli masyarakat yang rendah sehingga daya beli turun dan otomatis serapan produk di pasar akan berkurang. Jika ini berlajut maka kapasitas produksi akan berkurang yang berdampak terhadp operasional produksi dan alokasi pekerja. Padahal, selama ramadhan – lebaran biasanya terjadi lonjakan permintaan, namun jika harga terus naik maka jelas akan berpengaruh terhadap permintaan produk. Artinya, pemerintah perlu mensikapi hal ini sebagai ancaman terhadap dampak sinergi politik-ekonomi, terutama di tahun politik.

Konsekuensi lain yang juga perlu dicermati yaitu tekanan terhadap IHSG di lantai bursa karena ada trend investor asing kini melakukan aksi cari untung dengan mengejar profit taking sesaat. Paling tidak, penurunan IHSG dalam sepekan terakhir memberikan signal negatif terhadap faktor eksternal, termasuk misalnya isu tentang kenaikan suku bunga acuan dari rencana The Fed yang akan menaikkanya. Selain itu, konflik di semenanjung Korea dan juga ancaman perang dagang AS-Cina juga tidak bisa diabaikan sebagai riil dampak dari sinergi politik-ekonomi karena sejatinya persepsian politik-ekonomi tidak hanya yang terjadi di dalam negeri, tapi juga yang muncul di luar negeri. Jadi, semua itu harus diwaspadai untuk mengantisipasi berbagai riak konflik politik-ekonomi.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…