ANTISIPASI GEJOLAK KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR AS - BI: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir Berlebihan

Jakarta-Menko Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan Bank Indonesia (BI) harus lebih dulu berinisiatif menangani depresiasi rupiah terhadap dolar AS belakangan ini. Sementara itu, BI meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan jika kurs rupiah menyentuh Rp 14.000 per US$.

NERACA

"Kalau kurs, apalagi kalau penyebabnya dari luar, yang harus maju lebih dulu itu Bank Indonesia, bukan pemerintah," tegas Darmin ditemui di kantornya Kemenko Perekonomianmian, Jumat (4/5).

Menurut Darmin, bank sentral sudah menyuarakan mengenai keperluan menaikkan tingkat bunga. Keputusan tersebut tinggal menunggu rapat bulanan BI. "BI tidak bisa lakukan sekarang itu. BI tunggu rapat dewan gubernur, jadi tinggal tunggu waktu saja. Biarin saja dulu," ujarnya.

Dia mengakui, penguatan dolar AS belakangan ini terjadi tidak hanya kepada rupiah, tetapi juga mata uang negara-negara lain. Tren pelemahannya juga lebih kurang sama dalam sebulan terakhir. "Salah satu penyakit market itu apa yang disebut ‘taper tantrum'. Kalau lagi (seperti) ini semua kemudian berpersepsi macam-macam mengambil langkah, tetapi setelah kejadian, ternyata tidak seserius itu kok," ujarnya.

Secara terpisah, ekonom UGM A. Tony Prasetiantono menilai tingkat suku bunga BI memang sudah mendesak untuk dinaikkan sesegera mungkin. Hal ini lantaran intervensi stabilitas rupiah dengan menggunakan cadangan devisa (cadev) yang selama ini dilakukan BI, tak cukup membuat rupiah kembali bergairah.

Sejak Februari, BI telah menggelontorkan cadev untuk menenangkan rupiah. Data BI mencatat, cadev berkurang dari US$131,98 miliar per Januari 2018 menjadi US$128 miliar per Februari 2018. Lalu berkurang lagi menjadi US$126 miliar per Maret 2018. Setelah intervensi itu, rupiah stabil di kisaran Rp13.700 per US$.

"Menurut saya, suku bunga harus dinaikkan secepatnya. Kalau tidak BI akan 'capek' melakukan intervensi yang akan menggerus cadev. Sekarang ini kan cuma mengandalkan intervensi (cadev), itu tidak cukup. Jangan biarkan ini berlarut-larut," ujarnya seperti dikutip CNNIndonesia.com, akhir pekan lalu.  

Menurut dia, depresiasi rupiah memang sudah seharusnya diatasi dengan kenaikan suku bunga, setidaknya sebesar 25 basis poin (bps). Meski demikian, Tony mengaku dampaknya akan terbilang minim. Nilai tukar rupiah diperkirakan tetap sulit kembali ke posisi di awal tahun yang sempat berada di rentang Rp13.300-13.500 per US$. "Sebenarnya 25 bps terlalu kecil, mestinya 50 bps. Namun, jika langsung dinaikkan 50 bps, saya khawatir bisa menimbulkan kepanikan. Jadi untuk menjaga sentimen, sebaiknya 25 bps saja dulu," ujarnya.  

Tony mengaku belum bisa memproyeksi pergerakan BI 7DRRR ke depan. Pasalnya, penyesuaian suku bunga juga perlu melihat kondisi ekonomi ke depan. Salah satunya, rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate-FFR) sebanyak tiga kali pada tahun ini.

"Tapi saya belum yakin The Fed menaikkan FFR sampai berkali-kali, seperti ekspektasi pasar. Soalnya, dolar AS yang terlalu kuat, juga berdampak negatif bagi neraca perdagangan AS. Jerome Powel (Gubernur The Fed) mestinya mikir-mikir lagi soal ini," ujarnya.  

Berbeda dengan Tony, ekonom dari Bank Permata Josua Pardede melihat bahwa BI belum perlu mengerek suku bunga dalam waktu dekat hanya untuk menenangkan rupiah. Pasalnya, pelemahan rupiah diperkirakan hanya bersifat sementara karena sentimen global dan faktor musiman, seperti pembayaran dividen dan lainnya.

Namun, bila sentimen global mereda dan faktor musiman itu berakhir, posisi rupiah bisa bergerak ke arah penguatan. Setidaknya ia memperkirakan, rupiah masih punya potensi menguat pada semester II mendatang.  "Dalam jangka pendek rasanya belum ada urgensi BI untuk menaikkan suku bunga acuannya, karena dari fundamental ekonomi pun masih cukup mendukung. Saya rasa, BI masih akan berhati-hati dan memperhitungkan pelemahan yang temporer ini," ujarnya.  

Selain itu, ia melihat, kenaikan suku bunga acuan sebenarnya tak serta merta ampuh menstabilkan nilai tukar rupiah. Dia mencontohkan, misalnya yang terjadi di Argentina beberapa waktu lalu. "Bank sentral Argentina menaikkan suku bunga, tapi mata uangnya tidak menguat juga. Jadi kenaikan suku bunga tidak otomatis bisa menstabilkan nilai tukar, ada faktor fundamental ekonomi yang tetap perlu dilihat," ujarnya.  

Menurut Josua, untuk jangka pendek, langkah intervensi dengan menggunakan cadev memang masih cukup ampuh menahan pelemahan rupiah. Meski, berdampak pada menipisnya cadev. "Karena memang first line of defense (garis pertahanan pertama) BI memang pada stabilitas rupiah dengan menggunakan cadev," ujarnya.  

Hingga akhir tahun ini, Josua melihat tingkat suku bunga acuan BI masih akan bertahan, sekalipun rupiah berguncang lagi. Ia menilai potensi kenaikan baru terjadi pada tahun depan, ketika terjadi penyesuaian tingkat inflasi tahunan pemerintah.

Tidak Khawatir

Sebelumnya Bank Indonesia meminta masyarakat tak khawatir berlebih jika nilai tukar rupiah menembus level Rp14 ribu per US$. Pasalnya, pelemahan rupiah tidak berdampak signifikan pada perekonomian Tanah Air sepanjang gejolaknya mampu terjaga.

"Jangan terlalu dikhawatirkan dengan Rp14 ribu, seolah-olah menembus Rp14 ribu itu akan menghadapi suatu kesulitan besar. Tidak. Karena itu hanya psikologis saja, karena dampak ke ekonomi tidak begitu signifikan," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, Jumat (4/5).

Nanang mengklaim bahwa intervensi pada nilai tukar atau kurs rupiah yang dilakukan dalam beberapa waktu terakhir mampu membuat volatilitas rupiah terjaga di kisaran lima persen secara tahun berjalan (year to date-ytd).

Saat ini, kurs rupiah masih cenderung melemah dan bergerak di kisaran Rp13.900 per US$ sejak April lalu hingga saat ini. Tercatat, pada penutupan perdagangan Jumat pecan lalu, rupiah berada di level Rp13.945 per US$.

"Kenapa rupiah bergerak di Rp13.900, mendekati Rp14 ribu per US$? Karena fungsi intervensi BI adalah smoothing volatility. Jadi tidak ada target yang ditetapkan. Yang dilihat adalah volatilitasnya, bukan hanya naik turunnya (nominal rupiah)," ujarnya.

Menurut Nanang, intervensi BI dengan terus menjaga volatilitas rupiah sekitar 5% menjadi penting lantaran volatilitas yang konsisten itu bisa membangun kepastian dan menjaga kepercayaan pasar. Dengan begitu, sekalipun nominal kurs rupiah melaju cepat, secara volatilitas sebenarnya tetap stabil di kisaran lima persen. "Kepastian yang ingin kami berikan bukan pada levelnya, tapi juga kepastian kalau orang mau beli valuta asing," tutur dia.  

Nanang mengatakan, volatilitas rupiah yang saat ini dijaga BI merupakan tingkat yang lebih rendah bila dibandingkan dengan volatilitas mata uang negara lain. Ia mencatat, volatilitas mata uang negara lain berada di kisaran 11-12%.  "Turki itu tinggi sekali," imbuhnya.

Pada akhir pekan lalu, BI mencatat depresiasi rupiah secara harian sebesar 0,01%. Depresiasi ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tapi juga dirasakan oleh negara-negara lain di kawasan Asia. "Negara lain hari ini, yang paling lemah adalah rupee India, baht Thailand, renimbi China, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan won Korea Selatan. Rupiah Indonesia hanya 0,01%. Jadi stabil," ujarnya.

Kalangan pengusaha juga menilai belum ada pengaruh yang signifikan atas berfluktuasinya kurs rupiah terhadap dolar AS belakangan ini. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPPMI) Adhi S Lukman mengatakan, nilai ekspor makanan dan minuman olahan tak banyak melonjak meskipun nilai tukar rupiah melemah. “Ekspor makanan dan minuman olahan di Indonesia masih kecil yaitu hanya sekitar US$6 miliar," ujarnya.

Di sisi lain, pembengkakan biaya produksi juga belum terlihat signifikan mengingat pelaku usaha biasanya telah membuat kontrak selama periode tertentu dengan pemasok. Karenanya, Adhi yakin pelemahan nilai tukar tak serta merta bakal meningkatkan harga jual produk makanan dan minuman olahan, setidaknya sampai usai periode lebaran 2018.

"Biasanya, industri juga memiliki stok cadangan untuk bahan bakunya. Kami punya stok biasanya untuk sekitar satu bulan. Selain itu, kami juga punya stok bahan jadi untuk sekitar dua minggu hingga satu bulan," tutur dia.

Adhi berharap nilai tukar bisa terus dijaga di bawah level Rp14 ribu per US$ sehingga pelaku usaha bisa tetap mempertahankan harga jual dan menjadi kinerja keuangan. "Jangan sampai nilai tukar rupiah menembus Rp14 ribu karena itu titik kritis. Kami berharap kurs rupiah tetap di bawah Rp14 ribu. Yang penting stabil, kami tidak ingin terlalu kuat atau terlalu lemah," ujarnya.

Di industri tekstil, pelemahan nilai tukar juga tak banyak berpengaruh pada pendapatan industri. Kendati pasar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengingatkan bahwa bahan baku tekstil sebagian besar masih berasal dari impor. Tak ayal, Ade tak melihat ada keuntungan tambahan dari pelemahan kurs rupiah.

"Pelemahan rupiah menyulitkan kami. Kami inginnya kurs rupiah yang stabil. Yang banyak untung dari pelemahan rupiah adalah produk natural seperti kopi dan cokelat," ujarnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…