Sektor Primer - Pemerintah Targetkan Panen Bawang Putih Seluas 1.300 Hektare

NERACA

Jakarta – Kementerian Pertanian menargetkan hingga Mei 2018, luas areal tanam bawang putih yang sudah tanam dan panen dapat mencapai 1.300-an hektare di seluruh Indonesia. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang dikenal sebagai negara pengimpor sejumlah komoditas sayuran dan hortikultura.

"Jadi target kita bakal swasembada atau ekspor bawang putih pada 2021, diharapkan dapat tercapai," kata Direktur Budidaya Tanaman Sayur dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto di sela kunjungan Komisi IV DPR RI ke Pontianak, disalin dari Antara di Jakarta.

Namun, kata dia, Indonesia juga sudah mengekspor sejumlah komoditas yang sebelumnya diimpor seperti bawang merah hingga ribuan ton ke berbagai negara seperti Thailand, Singapura, Srilanka, Timor Leste, Malaysia dan Vietnam.

Pemerintah, kata dia, sudah menerbitkan aturan agar importir bawang putih wajib menanam di dalam negeri. Kuotanya adalah minimal lima persen dari besaran impor bawang putih. "Di Indonesia, areal yang sangat cocok untuk menanam bawang putih sangat luas. Jadi untuk lahan, kita tidak perlu khawatir," ujar Prihasto Setyanto.

Sedangkan untuk bibit bawang putih, dapat menggunakan varietas lokal. Namun kalaupun tidak mencukupi, dapat menggunakan benih luar terutama dari Taiwan karena hasil analisa dan uji cocok dengan varietas lokal dan jika ditanam di Indonesia dapat tumbuh.

Produksi bawang putih seperti di Temanggung, kata Prihasto Setyanto, cukup tinggi di kisaran 8 ton hingga 11 ton per hektare. Bahkan hasilnya itu lebih baik dari rata-rata nasional. Kebutuhan bawang putih di dalam negeri diperkirakan mencapai 500 ribu ton per tahun.

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani rawa beralih ke varietas Inpara (inbrida padi rawa) karena produktivitas tinggi dan umurnya genjah sehingga setahun bisa tanam dua kali.

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan pembatas utama budidaya padi di lahan rawa adalah kemasaman tinggi yang menyebabkan konsentrasi besi sangat tinggi sehingga tanaman keracunan. "Genangan air juga sering tinggi dan lama sehingga tanaman busuk dan mati," katanya.

Pihaknya telah menemukan fakta bahwa padi Inpara sudah terbukti tahan masam, tahan keracunan besi, dan tahan genangan. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian akan memperluas penggunaan varietas padi Inpara untuk penanaman padi di lahan rawa. "Inpara merupakan padi unggul khas lahan rawa," katanya.

Selama ini kata dia, sebagian besar petani rawa masih menanam varietas lokal seperti siam unus karena mudah dipelihara sayangnya input rendah. Tercatat rata-rata roduktivitas padi lokal hanya 2-ton/ha dengan umur panjang yaitu 7-9 bulan sehingga petani hanya tanam sekali setahun. "Sementara varietas seperti Ciherang, Mekongga, dan Inpari yang di sawah irigasi hasilnya tinggi, tetapi rendah hasilnya bila ditanam di lahan rawa," katanya.

Salah satu petani anggota kelompok tani (poktan) Cinta Maju di rawa lebak di Desa Hamayung, Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Basran sudah membuktikan menanam padi inpara dan mampu panen 6,3 ton/ha GKG. "Dengan tanam Inpara keuntungan bertanu saya semakin besar," kata Basran.

Hal ini diamini oleh Darsono, anggota poktan Sido Muncul di rawa pasang surut, di Desa Karang Bunga, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala yang menyatakan Inpara membawa berkah kehidupan untuk keluarganya. Ia mampu menghasilkan padi Inpara sekitar 4.5 ton/ha dan dapat menanamnya dua kali dalam setahun.

Peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Ir Yantirina MS, mengatakan terjadi peningkatan pendapatan yang signifikan setelah petani menanam Inpara.

Varietas lokal dengan produktivitas 2 ton/ha dan IP 100 hanya menghasilkan Rp16-juta pada harga GKG Rp 8.000/kg. "Sementara itu, Inpara dengan produktivitas 6,3 ton/ha dan IP 200 mampu menghasilkan sekitar Rp 57-juta bila harga GKG Rp 4.500/kg," tutur Yanti.

Saat ini Inpara berkembang pesat di Kabupaten Batola, Propinsi Kalimantan Selatan. Yanti mengatakan permintaan benih Inpara dari petani Batola sangat tinggi. Ternyata ini terkait dengan jumlah transmigran asal Jawa yang jumlahnya banyak di Batola. Warga transmigran menyukai beras pulen dari Inpara sedangkan penduduk asli yang kebanyakan suku Banjar menyukai beras pera dari padi lokal.

Sistem surjan yang selama ini digunakan dalam budi daya tani turun-temurun masyarakat Banjar dinilai sangat potensial diterapkan di lahan-lahan rawa. Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Prof Dedi Nursyamsi mengatakan sistem surjan dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani di lahan rawa sehingga teknologi itu akan disebarkan oleh pemerintah yang sedang berupaya memanfaatkan lahan rawa untuk menopang kedaulatan pangan.

"Kita bisa tanam buah dan sayuran di lahan rawa," ucapnya seraya meambahkan bahwa sistem surjan merupakan penataan lahan yang memadukan sistem basah dan kering secara berdampingan. "Ini merupakan kearifan lokal masyarakat rawa seperti Suku Banjar, Suku Bugis, dan Suku Makassar yang diwariskan nenek moyang," tutur Dedi.

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

Konsumsi Energi Listrik SPKLU Meningkat 5,2 Kali Lipat - MUDIK LEBARAN 2024

NERACA Jakarta – Guna memanjakan pemudik yang menggunakan kendaraan listrik EV (Electric Vehicle), 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum…