Produk Kelautan - MAI Ingatkan Pemberdayaan Komoditas Rumput Laut

NERACA

Jakarta – Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengingatkan agar komoditas rumput laut dapat benar-benar dioptimalkan pemberdayaannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. "Dengan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5 persen per tahun kita (Indonesia) tidak mungkin keluar dari 'middle income trap' (jebakan kelas menengah)," kata Rokhmin Dahuri dalam diskusi bertajuk "Peluang Usaha Rumput Laut yang Berkelanjutan di Indonesia" di Jakarta, disalin dari Antara.

Rokhmin Dahuri mengingatkan bahwa rumput laut termasuk salah satu ekspor terbesar di sektor kelautan dan perikanan nasional, setelah udang dan ikan tuna. Apalagi, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu juga mengingatkan bahwa 87 persen ekspor rumput laut adalah dalam keadaan "raw material" atau bahan mentah.

Padahal, bila rumput laut itu diolah menjadi sekitar 500 produk hilirisasi, maka nilai tambah yang akan diperoleh juga akan sangat besar bagi perekonomian bangsa. Untuk itu, ujar dia, penting bagi berbagai pihak untuk bersama-sama dapat membuat "road map" atau peta jalan guna optimalisasi rumput laut di Tanah Air.

"Kalau bisa setiap tahun jumlah ekspor produk rumput laut bahan mentah berkurang 10 persen setiap tahunnya. Jadi bila tahun ini 87 persen maka tahun depan seharusnya bisa hanya 77 persen (ekspor rumput laut yang bahan mentah)," paparnya.

Selain itu, Rokhmin juga menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan komoditas rumput laut, seperti Korea Selatan yang berhasil membuat semacam tepung dari salah satu jenis rumput lautnya yang ternyata dapat dijadikan sebagai pelapis bodi pesawat. Ia mengingatkan bahwa Republik Indonesia pada saat ini membutuhkan tingkat pertumbuhan perekonomian yang tinggi untuk mengatasi persoalan seperti pengangguran.

Rokhmin Dahuri menginginkan rumput laut juga dapat disamakan dengan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan sehingga dapat diberdayakan lebih maksimal untuk kepentingan ekonomi nasional. "Usulkan rumput laut seperti kelapa sawit, yaitu menjadi sebagai komoditas strategis nasional," kata Rokhmin.

Menurut Rokhmin, hal tersebut penting agar pengusaha rumput laut juga dapat memperoleh kemudahan dalam proses peminjaman di perbankan untuk mengembangkan usaha rumput lautnya.

Rokhmin yang juga menjabat sebagai Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu mengingatkan bahwa saat ini, pinjaman pihak bank kepada bisnis kelapa sawit memiliki bunga yang nisbi lebih rendah dari biasanya.

Ia juga mengingatkan, dengan ditempatkannya rumput laut sebagai komoditas unggulan, maka berbagai kebijakan lintas sektor juga dapat diselaraskan dengan kepentingan untuk mengembangkan rumput laut, seperti dalam pembangunan infrastruktur juga harus memperhatikan kebermanfaatannya untuk meningkatkan rumput laut.

Apalagi, Rokhmin mengingatkan bahwa potensi produksi rumput laut domestik sangat besar dengan pasar yang terus berkembang dan biaya investasi yang nisbi rendah. "Masa panennya juga cepat. Bayangkan hanya selama 45 hari atau sekitar 1,5 bulan sudah bisa dipanen," papar Rokhmin.

Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan PT Kapsulindo Nusantara menyempurnakan prototipe teknologi untuk memproduksi cangkang kapsul dari rumput laut.

Kepala BPPT Unggul Priyanto di Jakarta, Rabu (4/4), mengatakan cangkang kapsul merupakan salah satu bahan sediaan tambahan yang penting dalam industri obat, sehingga ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, kualitas yang terjamin dan memiliki penerimaan masyarakat yang tinggi sangat diperlukan.

"Dengan menggunakan bahan baku rumput laut yang sangat melimpah dan halal, produk cangkang kapsul ini diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi secara ekonomi dan dapat diterima baik oleh masyarakat pengguna," katanya.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan dengan produksi yang berjumlah besar setiap tahunnya, maka seharusnya Republik Indonesia berpotensi dapat menjadikan pengembangan rumput laut menjadi yang terdepan di dunia.

"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil terbesar di dunia seharusnya memang menjadi yang terdepan untuk pengembangan komoditas rumput laut," kata Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto.

Untuk itu, Yugi Prayanto menginginkan agar peluang-peluang usaha rumput laut dapat ditingkatkan pengembangannya dengan riset dan kajian yang mendalam pula. Menurut dia, hal yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing komoditas rumput laut nasional saat ini adalah keseimbangan pengembangan antara hulu dan hilir yang bersinergi dengan industrialisasi sektor kelautan dan perikanan yang sedang digalakkan pemerintah.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…