Promosi Niaga - Misi Dagang ke Bangladesh Cetak US$279,19 Juta

 

NERACA

Jakarta – Program Misi Dagang Kementerian Perdagangan ke Bangladesh berhasil mencetak transaksi potensial senilai 279,19 juta dolar Amerika Serikat atau lebih dari Rp3,76 triliun. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda di Jakarta, disalin dari Antara, menyampaikan bahwa pada program Misi Dagang yang berlangsung selama tiga hari tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor nonmigas sebesar 11 persen pada 2018.

"Nilai transaksi tersebut disumbang dari kontrak lanjutan kereta api, sektor otomotif, rempah-rempah, makanan dan minuman, serta penjualan ritel pada kegiatan Indonesia Fair," kata Arlinda dalam keterangan tertulis.

Selain itu, Misi Dagang tersebut juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo pada Januari 2018 saat bertemu Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan Presiden Bangladesh Abdul Hamid guna meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral.

Tercatat, perekonomian Bangladesh pada 2017 mengalami pertumbuhan tertinggi kedua di kawasan Asia Selatan sebesar 7,5 persen dan akan menjadi negara berkembang pada 2021. Kerja sama Indonesia-Bangladesh diperlukan untuk meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara di pasar global. Misi Dagang Indonesia dilakukan dengan menggelar forum bisnis, business matching, dan pameran Indonesia Fair di Hotel Le Meridien, Dhaka.

Dalam kegiatan ini, Kementerian Perdagangan membawa 93 pelaku usaha dari 43 perusahaan. Arlinda mengatakan, keberhasilan misi dagang di Bangladesh membuktikan bahwa Bangladesh adalah mitra dagang potensial bagi Indonesia sehingga pasar Bangladesh perlu digarap dengan lebih serius.

Beberapa sektor potensial antara lain adalah iindustri transportasi seperti kereta api, otomotif, dan suku cadang, komoditas unggulan seperti minyak sawit, rempah-rempah dan the, serta produk manufaktur lainnya seperti makanan dan minuman, fesyen, serta furnitur. "Sebagai negara emerging market, Bangladesh memberikan peluang kerja sama perdagangan dan investasi yang sangat baik," kata Arlinda.

Total perdagangan Indonesia-Bangladesh pada tahun 2017 tercatat senilai 1,67 miliar dolar AS, terdiri dari ekspor senilai 1,60 miliar dolar AS dan impor senilai 73,19 juta dolar AS. Neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 1,52 miliar dolar AS.

Sementara itu, Pemerintah terus berupaya melalui berbagai langkah dan kebijakan strategis dalam mendorong pelaku industri nasional untuk semakin meningkatkan ekspor produknya. Hal ini menjadi salah satu kunci utama guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Selain itu, yang perlu dilakukan adalah peningkatan jumlah eksportir, terutama dari pelaku industri agar mereka dapat melakukan ekspor secara langsung,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, disalin dari siaran resmi.

Terkait hal tersebut, Ngakan menjelaskan, Kementerian Perindustrian telah melakukan kegiatan dalam mengoptimalikan pemanfaatan fasilitas nonfiskal, seperti penyelenggaraan pelatihan untuk memacu pengetahuan dan kapasitas pelaku industri nasional. Kebijakan fasilitas nonfiskal ini diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri. “Implementasinya, BPPI Kemenperin melakukan kerja sama melalui MoU dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan dalam rangka melaksanakan Workshop Program Peningkatan Ekspor Produk Industri,” paparnya.

Ngakan menyebutkan, lokasi pertama yang dipilih dalam kegiatan loka karya tersebut adalah Provinsi Bali, sebagai salah satu daerah yang berpotensi untuk mendongkrak nilai ekspor nasional. “Apalagi, Bali memiliki jumlah industri dan produk yang bervariasi,” ujarnya.

Kegiatan workshop perdana, telah dilakukan selama tiga hari, mulai tanggal 11-13 April 2018 di Kota Denpasar dengan mengusung tema “Bagaimana Memulai Ekspor”. Beberapa topik yang dicakup dalam loka karya ini meliputi tentang mengenal bisnis ekspor, indetifikasi potensi pasar ekspor, pengembangan produk ekspor, biaya dan harga untuk ekspor, sampai dengan latihan kalkulasi harga ekspor. “Dalam pelaksanaan workshop yang pertama, sebanyak 30 pelaku industri di daerah provinsi Bali yang ikut berpartisipasi. Peserta ini merupakan pelaku industri dengan beragam produk, mulai dari kerajinan, perhiasan, fesyen, sepatu, dan pengolahan kayu,” sebut Ngakan. Kepala BPPI berharap, setelah mengikuti workshop tersebut, pelaku industri nasional dapat melakukan ekspor secara langsung atau mampu menumbuhkan eksportir baru.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…