Aset Meningkat, Jumlah Bank Sistemik Bertambah

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada triwulan I-2018 menambah jumlah bank berisiko sistemik dari 11 menjadi 15 karena peningkatan jumlah aset, jangkauan hubungan dengan industri keuangan lain, dan kompleksitas produk bank tersebut. "15 bank sistemik ini harus memenuhi tambahan modal (capital surcharge) secara bertahap, dan harus buat 'recovery plan'. sebagaimana yang sudah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan," kata Anggota KSSK Wimboh Santoso di Jakarta, Senin (30/4).

Bank yang disebut berdampak sistemik merupakan bank yang jika mengalami gangguan likuiditas atau kolaps akan berdampak ke perbankan lain, bahkan berpotensi menimbulkan krisis di sektor keuangan. KSSK enggan merinci entitas 15 bank tersebut. KSSK menetapkan bank yang berdampak sistemik ini setiap enam bulan sekali. Artinya, status bank berdampak sistemik tidak permanen, tergantung apakah bank pada periode tertentu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh OJK. Kriteria itu berdasarkan jumlah aset yang dimiliki, kompleksitas produk yang beragam dengan besaran konglomerasi keuangan yang menaungi bank tersebut.

Menurut Wimboh yang juga Ketua Dewan Komisioner OJK, hingga Maret 2018, industri perbankan cukup kuat meskipun tekanan keluaranya arus modal asing semakin kencang. Pelemahan rupiah sepanjang Januari hingga Maret 2018 tidak berdampak signifikan ke kredit maupun permodalan bank. Rasio Kecukupan Modal (CAR) perbankan per Maret 2018 mencapai 22 persen (yoy), Besaran CAR industri bank tersebut, kata Wimboh, menandakan industri bank masih memiliki fundamental yang kuat.

Pertumbuhan kredit perbakan di Maret 2018 sebesar 8,5 persen (yoy). Kredit perbankan bertumbuh lebih tinggi dibanding Februari yang 8,2 persen (yoy). Namun, Dana Pihak Ketiga (DPK) bank tercatat menurun menjadi 7,66 persen (yoy) di Maret 2018 dari 8,44 persen (yoy) pada Maret 2018. Wimboh mengakui penurunan DPK karena penyesuaian pendanaan yang disalurkan investor. "Memang ada 'rebalancing' investor," kata Wimboh. Namun Wimboh enggan merinci apakah penurunan pendanaan bank tersebut karena keluarnya arus modal asing atau bukan. "Sejauh ini likuiditas perbankan masih cukup untuk memenuhi target pertumbuhan kredit," ujar Wimboh. Tahun ini OJK menargetkan pertumbuhan kredit di 12,22 persen (yoy) sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB).

Meskipun demikian, KSSK akan terus mencermati risiko yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia dan prospek ekonomi dengan menyiapkan sejumlah mitigasi. "Kita terus menyiapkan berbagai hal, termasuk dari pemerintah, untuk mengantisipasi apa pun yang terjadi," kata Menteri Keuangan selaku Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani mengatakan antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah menjaga instrumen fiskal tetap kredibel dengan mendorong pencapaian pajak, memperbaiki kualitas belanja serta mengelola utang dengan hati-hati, transparan dan akuntabel. "Kita telah mendapatkan opsi dari penerimaan pajak yang membaik pada triwulan satu 2018 dan memberikan dampak terhadap 'confidence' (keyakinan) atas gejolak dari luar," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Pemerintah ikut menjaga dampak dari kenaikan harga minyak mentah internasional dan dinamika nilai tukar rupiah agar tidak menganggu pelaksanaan APBN serta kebijakan perlindungan kepada kelompok miskin dan menjaga kesehatan keuangan BUMN energi dan listrik. Sri Mulyani menambahkan hal tersebut juga didukung oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan agar kondisi sistem keuangan tidak terdampak oleh gejolak eksternal.

Menurut dia, KSSK juga telah menyiapkan Bond Stabilization Framework yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan sebagai mitigasi krisis di sektor finansial, meski untuk saat ini belum diaktifkan. KSSK juga telah melakukan "stress test" terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan untuk melihat daya tahan perekonomian nasional dalam menghadapi tekanan global yang sewaktu-waktu dapat melanda. "Kita semua melakukan penilaian dengan perkembangan yang ada, termasuk 'stress test' untuk memberikan perhatian dan memberikan koordinasi, agar jangan sampai masyarakat dan dunia usaha panik, karena tidak ada alasan untuk panik," ujar Sri Mulyani.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…