Menimba Ilmu dari Segala Sumber


Membuka peluang dosen warga negara asing berkiprah di universitas-universitas di Tanah Air pada dasarnya menjadi keniscayaan ketika arus lalu lintas tenaga kerja secara global diakui mendatangkan lebih banyak manfaat dari mudarat. Kehadiran orang asing secara signifikan dari negeri yang lebih maju untuk mengajar di negara berkembang berlangsung sejak pasca-Perang Dunia II sebab pada umumnya negara-negara berkembang perlu membuka program-program studi di universitas negara berkembang bersangkutan.

Begitu juga dengan Indonesia. Pengajar dari negara-negara maju dibutuhkan untuk membuka program-program studi di kampus-kampus. Inilah salah satu testimoni tentang jasa seorang guru besar dari negara maju bagi dunia pendidikan di Tanah Air. Ketika mengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo Jakarta, esais Goenawan Mohamad mengatakan kepada mahasiswa Program Pendidikan Jurnalistik untuk kelas Pascasarjana bahwa Prof. R.E. Stannard, yang berwarga negara AS sangat berjasa membangun alias membuka Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia.

"Andaikan tak ada Ted Stannard, Komunikasi UI mungkin tak semaju sekarang," tutur Goenawan, yang bersama-sama Stannard, mengajar pendidikan jurnalistik atas biaya dari Asia Fondation di LPDS itu. Pola atau sistem mengundang dosen dari luar negeri untuk mendorong pengembangan ilmu dan sumber daya manusia di Tanah Air yang ideal memang seperti yang diselenggarakan oleh LPDS di awal dekade 90-an. Saat itu LPDS bekerja sama dengan Asia Foundation untuk mendidik sekaligus mencetak wartawan profesional, yang dosennya diambil dari para pemimpin redaksi media massa terkemuka dan dosen dari Amerika.

Asia Foundationlah yang menggaji dosen dari Amerika itu sehingga pemerintah tidak harus mengeluarkan dana untuk keperluan pendidikan tinggi itu. Para mahasiswa yang mengikuti perkuliahan R.E. Stannard mengakui bahwa kepakaran dan pengalamannya dalam dunia jurnalistik tak bisa digantikan oleh pengajar-pengajar dalam negeri. Itu sebabnya kebijakan pemerintah untuk menghadirkan dosen dari luar negeri bisa dianggap sebagai upaya memberikan peluang lebih besar bagi mahasiswa dalam negeri untuk menimba ilmu dari segala sumber.

Apalagi, untuk bidang-bidang ilmu yang pakarnya belum banyak dimiliki oleh Indonesia, terutama bidang-bidang baru, seperti mikroelektro, teknologi animasi, matematika informatika, dan nanoteknologi. Untuk itu, perbantahan tentang perlu tidaknya pemerintah menghadirkan dosen dari luar negeri tak relevan lagi. Mungkin yang perlu diperdebatkan adalah memilih bidang-bidang yang perlu diajarkan oleh dosen-dosen dari luar sekaligus memilih pakar-pakarnya.

Kini Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir sedang melakukan rapat koordinasi untuk menata aturan dan pelaksanaannya. Dia berjanji bahwa dosen yang akan didatangkan dari luar negeri tidak sembarangan. Mereka merupakan dosen yang paham dan ahli di sejumlah bidang seperti ilmu alam, mesin, teknologi, atau matematika. Saat ini sudah ada sejumlah pengajar yang berminat masuk ke Indonesia, seperti dari Amerika, Australia, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan.

Tentu kehadiran dosen asing tak perlu menjadi ancaman bagi dosen domestik. Bahkan, kebijakan baru di bidang pendidikan tinggi itu perlu ditanggapi sebagai tantangan yang dapat memacu dosen domestik untuk berprestasi lebih tinggi lagi karena mereka mendapat mitra kerja yang lebih berkualitas. Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti menjelaskan keberadaan dosen asing di Tanah Air tidak akan mengesampingkan dosen lokal karena mereka harus bekerja sama dalam meningkatkan penelitian di kampus.

Cukup menarik apa yang ditempuh oleh pengambil kebijakan pendidikan tinggi di Tanah Air itu. Menurut Ali Ghufron, tugas utama dosen asing bukan untuk mengajar di kelas, melainkan bekerja sama melakukan penelitian di kampus itu. Ali Ghufron mengatakan bahwa para dosen asing tersebut bukan hanya dosen berkewarganegaraan asing, melainkan juga bisa warga negara Indonesia yang menjadi dosen di negara lain. Sebetulnya tak sedikit orang Indonesia berprestasi yang memilih mengajar di kampus-kampus luar negeri. Salah satunya adalah ilmuwan ekonomi Iwan Jaya Azis, yang mengajar di Univeritas Cornell AS, yang juga salah satu putra pemilik koran Surabaya Post Toeti Azis (mendiang). Warga Indonesia lain yang mengajar di luar adalah Arianto Patunru, Ariel Heryanto yang mengajar di kampus-kampus di Australia.

Rencananya, sebanyak 200 dosen asing dari berbagai belahan dunia akan didatangkan ke Indonesia. Ali Ghufron mengatakan bahwa kehadiran para dosen asing tersebut tidak akan mengancam eksistensi dosen Indonesia. Sebaliknya, para dosen yang didatangkan merupakan akademisi berkelas dunia yang berperan sebagai katalisator untuk mempercepat akselerasi pembangunan ilmu pengetahuan Indonesia. Mereka yang mengkritik kebijakan pemerintah dalam mendatangkan dosen dari luar negeri itu tampaknya belum menyadari bahwa para mahasiswa justru lebih bergairah ketika bertatap muka atau diajar oleh pakar-pakar kelas dunia.

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…