Emansipasi Ekonomi Perempuan

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati hari emansipasi wanita yaitu R.A Kartini. Di hari tersebut semua aktifivas kegiatan tertujuan kepada bagaimana mengespresikan peran kaum perempuan Indonesia dalam perjuangannya untuk pembangunan nasional. Semua rangkaian aktifitas tersebut terbungkus dalam kaleidoskop di hari Kartini. 

Meskipun acara hari Kartini penuh dengan gagap gempita acara, tapi mayoritas opini publik sebagian besar menyoal tentang partisipasi politik kaum perempuan di kancah publik. Sementara, persoalan kesejahteraan dan pemberdayaan terhadap ekonomi perempuan Indonesia masih jauh dari harapan. Pada hal secara demografi jumlah perempuan di Indonesia sangat besar sekali, tapi jika tidak produktif dan ketergantungan secara ekonomi maka akan menganggu laju pembangunan. Maka dari itu pembangunan ekonomi perempuan perlu dilakukan atas dasar kemanusiaan dan partisipasi publik.

Potensi perempuan dalam berekonomi sangat besar sekali, apalagi dalam diri perempuan memiliki karakter prudent (kehati - hatian) dalam mengelola keuangan. Tinggal bagaimana mereka dikenalkan dengan berbagai aktifitas kewirausahaan. Maka dari itu sangat penting akses publik bagi perempuan untuk memperoleh informasi - informasi tersebut yang bisa digunakan untuk kewirausahaan. Pemerintah dalam hal ini harus care terhadap mereka, apalagi sejauh ini ada gerakan kewirausahaan nasional (GKN) yang menjadi program pemerintah dan bisa dijadikan sebuah program bagi mereka.

Contohnya Muhammad Yunus dalam program Gramen Banknya, telah sukses dalam melakukan mengentaskan kemiskinan kaum perempuan di Bangladesh. Tentunya platform tersebut bisa dijadikan untuk pemberdayaan perempuan Indonesia. Memang diakui, untuk mengimplementasikan hal tersebut tidak mudah, ada faktor-faktor budaya yang mempengaruhinya. Selain itu juga minimnya akses keuangan inklusif bagi kaum perempuan Indonesia. Makhaer Pakkana dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peluang ekonomi perempuan sangat tinggi disektor nelayan dan kaum urban. Tapi persoalannya sejauh ini akses keuangan terhadap mereka sangat minim. 

Dari kajian tersebut, sangat penting membuat skema - skema pembiayaan berbasis lemnaga keuangan  bagi perempuan. Tanpa intermediasi lembaga keuangan sangat susah bagi perempuan untuk produktif. Tinggal konsep lembaga keuangan seperti apa yang sesuai bagi mereka dengan pendekatan kemanusiaan. Jangan sampai platform lembaga keuangan yang berlaku sama seperti "lintah darat" maka yang terjadi adalah keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Mudah - mudahan dengan lembaga keungan pro perempuan ke depan akan menjadikan perempuan Indonesia lebih digdaya. Semoga!

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…