Intiland Terbitkan Obligasi Rp 3,37 Triliun

NERACA

Jakarta –Lunasi utang, PT Intiland Development Tbk (DILD) berencana menerbitkan obligasi global (global bond) maksimal US$ 250 juta atau setara Rp 3,37 triliun. Obligasi tersebut rencananya diterbitkan dalam kurun waktu dua tahun sejak disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan RUPS Tahunan (RUPST).

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono mengatakan, penerbitan ini dilakukan untuk membayar beberapa utang perusahaan.”Pendanaan ini untuk profiling dan diversifiikasi alternatif pendanaan mendatang. Selama ini Intiland pendanaannya ada di obligasi rupiah dan pinjaman bank lokal. Kedepannya kita mencoba menjajaki mata uang asing," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Akan tetapi, Archied enggan menjelaskan lebih detil terkait utang apa saja yang akan dibayar dengan pendanaan tersebut ataupun waktu penerbitan obligasi tersebut karena masih dalam proses perencanaan.”Sebenarnya tujuan kita lebih ke arah diversifikasi. Masalah pendanaan utang jatuh tempo itu sudah kita siapkan cashflow kita. Jadi global bond ini alternatif karena kita belum tahu kapan terbitnya. Jadi sifatnya refinancing, lebih ke arah hosting dan nantinya lebih ke arah kemampuan cashflow dan likuiditas kita yang lebih baik," jelasnya.

Sebelumnya, PT Peringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat surat utang obligasi II PT Intiland Development Tbk (DILD) tahun 2016 dari idA- menjadi idBBB+ dan mengubah outlook dari negatif menjadi stabil. Penurunan tersebut terjadi karena Pefindo menilai tingkat leverage keuangan perseroan makin agresif dengan rasio utang terhadap EBITDA sebesar 8,4 kali pada 2017.

Menurut Archied Noto Pradono, penurunan peringkat tersebut tidak lepas dari banyaknya utang yang dimiliki perseroan karena masih membutuhkan banyak pendanaan dari pinjaman bank.”Jadi utang kita belum bisa turun, karena komitmen kita itu kan pre-sales, dan kebanyakan pembangunan kita high rise (gedung tinggi), mau tidak mau pilihan kita harus menambah utang atau me-maintain (mengelola) utang kita. Mereka mengharapkan ada penurunan. Tapi penurunan utang kita memang belum bisa langsung berjalan cepat," tuturnya.

Archied mengatakan, Intiland saat ini memang masih memiliki tingkat backlog senilai Rp 4,4 triliun, artinya perseroan telah mengantongi pesanan pembelian  tetapi belum direalisasikan sebagai penjualan karena proyek belum selesai dibangun dan diserahterimakan.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…