Daya Beli Masyarakat dan Harapan untuk Menteri Baru

 

 

Oleh Diana Triwardhani, PhD, Dosen FEB UPN Veteran Jakarta

 

       Akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan pemenang pilpres setelah berhari-hari  melakukan sidang sengketa pemilihan pilpres tersebut. Palu telah diketok jadilah presiden dan wakilnya akan dilantik pada bulan Oktober tahun 2024 nanti. Kemudian setelah itu biasanya presiden akan membentuk kabinet yang akan diisi oleh menteri-menteri yang akan menduduki kursi masing-masing bidang sesui kebutuhan yang ada. Nah disini presiden tentu harus cermat dan seksama dalam menentukan siapa menteri yang dipandang cakap khususnya dalam mengurusi bidang kesejahteraan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan perut rakyat.

      Karena saat ini, harga-harga kebutuhan pangan semakin meroket, harga beras tidak hanya mahal, tapi juga langka. Daya beli masyarakat juga terlihat menurun. Ada kecenderungan bahwa masyarakat bawah sudah mulai menggunakan tabungan mereka. Tabungan kelas receh juga mulai melambat. Semua ini menunjukkan bahwa kehidupan semakin sulit, terutama dengan adanya penurunan pendapatan. Kesenjangan terjadi di berbagai sektor.

      Menurut catatan Biro Riset sebuah majalah ekonomi, pada akhir 2023, penurunan pendapatan tercermin dari pertumbuhan uang beredar (M2) dan uang beredar yang lebih sempit (M1) yang melambat. Kedua indikator ini merupakan proksi dari daya beli. Hidup menjadi sulit karena tidak ada "pelumas" uang.

Penurunan pendapatan berdampak pada melemahnya daya beli dan permintaan konsumen secara umum. Ini juga terlihat dari penurunan keyakinan dalam pembelian barang tahan lama oleh kelompok menengah bawah.

      Sejak Mei 2023, telah terjadi fenomena di mana orang-orang dengan tabungan di bawah Rp1 juta sudah mulai menggunakan tabungan mereka. Begitu juga dengan tabungan di bawah Rp5 juta dan Rp100 juta. Namun, pertumbuhan tabungan sekitar 5,7% pada Desember 2023 menunjukkan adanya pergerakan. Tabungan kelas bawah di bawah Rp5 juta hanya tumbuh 4,6% dan 3,4% untuk tabungan di bawah Rp100 juta.

       Ada dua kemungkinan, peningkatan tabungan kelas bawah di bawah Rp1 juta disebabkan oleh bantuan sosial (bansos) yang mulai diberikan pada akhir tahun, atau bisa jadi karena dampak ekonomi pada masyarakat bawah. Namun, jika melihat daya beli dan pendapatan masyarakat, peningkatan ini mungkin disebabkan oleh bansos menjelang Pemilu 14 Februari 2024.
       Terdapat kesenjangan yang besar antara penabung kecil dan pemilik rekening besar. Kesulitan ini membuat harga dana di bank-bank menjadi mahal. Pemilik dana dapat menuntut bank dan hal ini dapat berdampak pada bunga kredit. Lebih lanjut, terjadi kesenjangan dalam akses kredit. Kesenjangan terjadi di berbagai sektor. Tidak hanya antara kaya dan miskin, tetapi juga dalam kesehatan, pendidikan, tabungan, serta kesenjangan antara desa dan kota. Kesempatan kerja dan akses bisnis juga mengalami kesenjangan. Namun, rasio pajak masih berada di kisaran 10%-11%.

Tantangan Menkeu

      Menteri Keuangan (Menkeu) RI mendatang memiliki tugas yang berat. Ia harus mengurangi beban fiskal dan berbagi tanggung jawab dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Komunikasi yang baik antar anggota KSSK sangat penting.

Kabinet mendatang harus mempertimbangkan dengan baik siapa yang akan menjadi Menkeu berikutnya. Menkeu harus cakap dan kuat di tengah tekanan fiskal dan mampu menolak program-program yang boros, harus mampu dan dapat menjalankan program mana yang harus diutamakan dan mana yang dapat ditunda. Posisi utang yang terus meningkat harus dipertimbangkan dengan serius.

       Dalam kondisi saat ini, di mana daya beli masyarakat menurun dan masyarakat mulai menggunakan tabungan, pemilihan Menkeu harus dilakukan dengan hati-hati. Kita tidak ingin mengalami konflik ekonomi dan politik seperti yang dijelaskan oleh Karl Marx. Menkeu mendatang harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas untuk mencegah kesenjangan yang semakin besar antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah, sehingga presiden terpilih tidak mengecewakan masyarakat yang memilihnya.

BERITA TERKAIT

Keindahan dan Kekayaan Budaya Siap Sambut World Water Forum

  Oleh : Khalilah Nafisah, Pengamat Sosial Budaya   Jelang World Water Forum ke-10 (WWF) di Bali tanggal 18-25 Mei…

WWF ke-10 Berpengaruh Besar bagi Tata Kelola Air Secara Global

  Oleh : Adrian Kurniawan, Pemerhati Lingkungan   World Water Forum (WWF) atau Forum Air Dunia ke-10 di Bali berperan…

Judi Online Kini Semakin Mewabah

    Oleh: Diana Triwardhani, PhD, Dosen FEB UPN Veteran Jakarta   Belum lama ini kita dikagetkan dengan adanya berita…

BERITA LAINNYA DI Opini

Keindahan dan Kekayaan Budaya Siap Sambut World Water Forum

  Oleh : Khalilah Nafisah, Pengamat Sosial Budaya   Jelang World Water Forum ke-10 (WWF) di Bali tanggal 18-25 Mei…

WWF ke-10 Berpengaruh Besar bagi Tata Kelola Air Secara Global

  Oleh : Adrian Kurniawan, Pemerhati Lingkungan   World Water Forum (WWF) atau Forum Air Dunia ke-10 di Bali berperan…

Judi Online Kini Semakin Mewabah

    Oleh: Diana Triwardhani, PhD, Dosen FEB UPN Veteran Jakarta   Belum lama ini kita dikagetkan dengan adanya berita…